Pembukaan rute Indonesia-Rusia oleh kedua maskapai itu guna menindaklanjuti perjanjian penerbangan langsung kedua negara yang dibahas di Moskwa, sejak kemarin hingga siang ini waktu Jakarta. Tri Sunoko, Direktur Angkutan Udara Ditjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan, mengatakan materi pembahasan berjalan cukup alot karena kedua negara mempunyai pandangan berbeda tentang kebijakan angkutan udara internasional. “Namun, mengingat semangat persahabatan yang dilandasi hubungan baik antarkedua negara selama ini, akhirnya dicapai kesepakatan berimbang yang saling menguntungkan kedua negara,” ujarnya Tri yang juga Ketua Delegasi Pemerintah Indonesia untuk perundingan perjanjian itu, dalam siaran pers hari ini. Berdasarkan kesepakatan perjanjian bilateral, Maskapai dari kedua negara dapat melaksanakan penerbangan langsung dengan frekwensi 14 kali penerbangan per minggu. Adapun kota-kota yang boleh didarati oleh maskapai Rusia adalah Jakarta, Denpasar, Solo, dan Manado. Sementara maskapai Indonesia hanya boleh mendarat di Moskwa, Vladivostok, St. Petersburg dan Novosibirsk. Sebelum adanya kesepakatan perjanjian penerbangan berjadwal, penerbangan Moskwa-Denpasar selama ini hanya bersifat sewa atau carter sebanyak dua kali seminggu oleh maskapai swasta asal Rusia, Transaero. Berdasarkan data Bandara Ngurah Rai, Denpasar, penerbangan carter Moskwa-Denpasar oleh Transaero selama tahun lalu total melakukan penerbangan 104 kali dengan jumlah penumpang datan 28.351 orang dan berangkat 27.593 orang. Adapun kargo yang diangkut ke Moskwa berjumlah 31.332 kg. Pada saat pesawat terbang sedang mendarat (landing), kemampuannya melayang sepenuhnya tercipta karena adanya bantalan udara yang terbentuk karena interaksi aerodinamik antara sayap dan badan pesawat dengan permukaan tanah. Bantalan udara yang terbentuk itu dikenal dengan istilah Ground Effect. Pemahaman pada daya angkat yang terbentuk karena ground effect ini yang memberikan ide untuk pembuatan sarana transportasi jenis baru yang menggabungkan fungsi kapal dengan pesawat terbang. Ada banyak nama yang diberikan untuk jenis kendaraan baru ini. Misalnya ekranoplan, WISE (Wing in Surface Effect Ship), GEV (Ground Effect Vehicle), WIG (Wing in Ground Effect) Vehicle, Flarecraft, Sea Skimmer, Ekranoplan. Untuk selanjutnya pada tulisan ini kita menyebutnya nama yang lebih dikenal oleh masyarakat luas. Pada tahun 1966, saat berkecamuknya perang dingin antara Uni Soviet dan Amerika, satelit mata-mata Amerika menangkap obyek sebuah benda berukuran besar berwarna abu-abu yang bergerak dengan kecepatan tinggi di permukaan laut Kaspia. Tapi kehadiran benda itu sama sekali tidak tertangkap oleh radar. Selama beberapa tahun pihak Amerika tidak mengetahui benda apa itu. Mereka menamakannya Monster dari Laut Kaspia.
7 tahun yang lalu